MENDENGAR kata Dajjal, tentu kita sudah tidak asing lagi bukan? Tapi, bagaimana dengan Al-Jassasah? Mungkin hanya sebagian orang saja yang mengenalnya. Lantas, siapakah dia? Ada yang mengatakan bahwa Al-Jassasah adalah pengawal Dajjal. Benarkah?
Ya, dilansir dari berbagai sumber dijelaskan bahwa Al-Jassasah adalah makhluk yang menjaga Dajjal waktu di dalam kurungan. Hal ini tertera dalam hadis tentang kisah Tamim Ad-Dari, makhluk dabbah yang berambut tebal dan kaku dan yang bisa berbicara serta dekat pula dengan adanya Dajjal.
Tamim bin Aus bin Kharijah Ad-Dari, Abu Ruqayyah –orang yang bertemu Dajjal— adalah salah seorang shahabat Rasul yang mulia. Namanya tidak asing bagi kaum muslimin, masuk islam ketika Rasulullah di Madinah. Sepeninggal Khalifah Utsman bin Affan, Tamim meninggalkan kota Madinah dan menetap di Baitul Maqdis hingga meninggal di sana pada tahun 40 H. Sebuah riwayat shahih mengenai Dajjal dalam sebuah hadits yang dikenal dikalangan ulama dengan sebutan Hadis Jassasah. Hadis ini dikisahkan seorang shahabiyah, Fathimah binti Qois.
Tamim memberitakan bahwa ia naik kapal bersama 30 orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Di tengah perjalanan, mereka dipermainkan badai ombak hingga berada di tengah laut selama satu bulan sampai mereka terdampar di sebuah pulau di tengah lautan tersebut. Saat tenggelam matahari mereka pun duduk di perahu-perahu kecil. Mereka, lalu memasuki pulau tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku hingga mereka tidak tahu mana kubul mana dubur karena demikian lebat bulunya. Mereka pun berkata, “Celaka, kamu ini apa?” Ia menjawab, “Aku adalah Al-Jassasah.” Mereka mengatakan, “Apakah Al-Jasasah itu?” Binatang itu berkata, “Wahai kaum, pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana itu. Karena ia amat rindu dengan berita kalian.”
Baca Juga :
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim itu, tidak diketahui secara pasti siapakah Al-Jassasah. Binatang tersebut hanya mengatakan namanya saja dan mengantarkan Tamim beserta orang-orang yang bersamanya bertemu dengan Dajjal.
Meski begitu, dapat kita ketahui tentang Al-Jassasah ini, Imam Nawawi mengatakan bahwa dinamakan Al-Jassasah dikarenakan binatang itu ditugaskan untuk tajasssus atau memata-matai dan menyelidiki untuk mencari berbagai berita yang akan diberikan kepada dajjal. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII hal 104)
Ibnu Manzhur mengatakan bahwa Al-Jassasah berada di suatu pulau di tengah laut memata-matai sambil mencari berita yang akan diberikan kepada Dajjal. Sebagaimana disebutkan di dalam hadis Tamim Ad-Dari, yang mengatakan, “Saya adalah Al-Jassasah” yaitu binatang yang dilihat di suatu pulau di tengah laut. Dan dinamakan dengan nama itu dikarenakan binatang itu mencari berbagai berita untuk diberikan kepada Dajjal. (Lisanul Arab juz VI hal 38)
Penuturan Imam Nawawi dan Ibnu Manzhur di atas adalah menurut arti bahasanya yang berarti memata-matai, mengintip atau menyelidiki. Sehingga orang yang senantiasa berusaha mencari-cari berita atau informasi disebut dengan Al-Jaasuus. Al-Jaasuus juga dipakai untuk orang yang senantiasa mencari-cari aib atau cacat orang lain, sebagaimana disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah kalian saling memata-matai…”
Dan mereka semua tidaklah bisa disebut dengan Al-Jassasah dikarenakan dalil-dalil yang menceritakan tentang Al-Jassasah tidaklah diperuntukkan bagi mereka, sebagaimana penjelasan di atas, meskipun secara lahiriyahnya ada kesamaan perilaku antara keduanya yaitu sama-sama mencari berita. Wallahu a’lam. []
Sumber: aminsyekher.blogspot.co.id/ www.eramuslim.com
Ya, dilansir dari berbagai sumber dijelaskan bahwa Al-Jassasah adalah makhluk yang menjaga Dajjal waktu di dalam kurungan. Hal ini tertera dalam hadis tentang kisah Tamim Ad-Dari, makhluk dabbah yang berambut tebal dan kaku dan yang bisa berbicara serta dekat pula dengan adanya Dajjal.
Tamim bin Aus bin Kharijah Ad-Dari, Abu Ruqayyah –orang yang bertemu Dajjal— adalah salah seorang shahabat Rasul yang mulia. Namanya tidak asing bagi kaum muslimin, masuk islam ketika Rasulullah di Madinah. Sepeninggal Khalifah Utsman bin Affan, Tamim meninggalkan kota Madinah dan menetap di Baitul Maqdis hingga meninggal di sana pada tahun 40 H. Sebuah riwayat shahih mengenai Dajjal dalam sebuah hadits yang dikenal dikalangan ulama dengan sebutan Hadis Jassasah. Hadis ini dikisahkan seorang shahabiyah, Fathimah binti Qois.
Tamim memberitakan bahwa ia naik kapal bersama 30 orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Di tengah perjalanan, mereka dipermainkan badai ombak hingga berada di tengah laut selama satu bulan sampai mereka terdampar di sebuah pulau di tengah lautan tersebut. Saat tenggelam matahari mereka pun duduk di perahu-perahu kecil. Mereka, lalu memasuki pulau tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku hingga mereka tidak tahu mana kubul mana dubur karena demikian lebat bulunya. Mereka pun berkata, “Celaka, kamu ini apa?” Ia menjawab, “Aku adalah Al-Jassasah.” Mereka mengatakan, “Apakah Al-Jasasah itu?” Binatang itu berkata, “Wahai kaum, pergilah engkau kepada laki-laki ini di dalam istana itu. Karena ia amat rindu dengan berita kalian.”
Baca Juga :
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim itu, tidak diketahui secara pasti siapakah Al-Jassasah. Binatang tersebut hanya mengatakan namanya saja dan mengantarkan Tamim beserta orang-orang yang bersamanya bertemu dengan Dajjal.
Meski begitu, dapat kita ketahui tentang Al-Jassasah ini, Imam Nawawi mengatakan bahwa dinamakan Al-Jassasah dikarenakan binatang itu ditugaskan untuk tajasssus atau memata-matai dan menyelidiki untuk mencari berbagai berita yang akan diberikan kepada dajjal. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII hal 104)
Ibnu Manzhur mengatakan bahwa Al-Jassasah berada di suatu pulau di tengah laut memata-matai sambil mencari berita yang akan diberikan kepada Dajjal. Sebagaimana disebutkan di dalam hadis Tamim Ad-Dari, yang mengatakan, “Saya adalah Al-Jassasah” yaitu binatang yang dilihat di suatu pulau di tengah laut. Dan dinamakan dengan nama itu dikarenakan binatang itu mencari berbagai berita untuk diberikan kepada Dajjal. (Lisanul Arab juz VI hal 38)
Penuturan Imam Nawawi dan Ibnu Manzhur di atas adalah menurut arti bahasanya yang berarti memata-matai, mengintip atau menyelidiki. Sehingga orang yang senantiasa berusaha mencari-cari berita atau informasi disebut dengan Al-Jaasuus. Al-Jaasuus juga dipakai untuk orang yang senantiasa mencari-cari aib atau cacat orang lain, sebagaimana disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah kalian saling memata-matai…”
Dan mereka semua tidaklah bisa disebut dengan Al-Jassasah dikarenakan dalil-dalil yang menceritakan tentang Al-Jassasah tidaklah diperuntukkan bagi mereka, sebagaimana penjelasan di atas, meskipun secara lahiriyahnya ada kesamaan perilaku antara keduanya yaitu sama-sama mencari berita. Wallahu a’lam. []
Sumber: aminsyekher.blogspot.co.id/ www.eramuslim.com
0 Response to "Astagfirullah !!! Kita Dimata-matai Al-Jassasah, Sang ?????? Ini Penjelasannya !!!"
Posting Komentar