Tak hanya pungli yang dilakukan para oknum Satlantas, namun buruknya pelayanan polisi di tingkat kepolisian sektor (Polsek) sering kali diterima oleh masyarakat. Bahkan, pengalaman seperti itu juga dialami seorang jenderal polisi. Jadi, sudah waktunya Polri melakukan pembenahan dan menindak anggota yang kerja semaunya.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius mengisahkan, suatu ketika dia sengaja berpura-pura sebagai warga biasa yang menjadi korban kejahatan. Lantas, mantan Wakapolda Metro itu melapor ke Polsek Menteng. Tapi apa yang dialami, Suhardi malah dipingpong oleh petugas di sana.
"Saya nyamar di Polsek Menteng. Intern kita ya masih gitu pelayanannya, perlakuannya masih seperti itu. Saya lapor malah saya disuruh ke Pospol dan enggak dianterin juga. Bukan diterima dulu, itu realita pelayanan kita. Katanya petugas pokoknya ke sana saja," kata Suhardi yang kala itu masih jadi Wakapolda Metro, dilansir merdeka.
Agar lebih meyakinkan, kala itu Suhardi hanya memakai sandal jepit, celana jeans dan kaus biasa. Hal itu sengaja dilakukan agar bisa diketahui bagaimana para petugas di Polsek memberi pelayanan.
Mendapat perlakuan itu, Suhardi tetap tidak membuka identitasnya. Selanjutnya, dia mengikuti perintah dan melapor ke Pospol. Perlakuan berbeda justru didapat. Di Pospol, Suhardi bertemu polisi senior yang melayani dengan baik.
"Apa yang saya dapatkan di Pospol? Seorang Bintara sudah tua, tapi pelayanannya baik," kenang Suhardi saat peluncuran buku 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan Ke Bawahan' di Rumah Makan Ayam Banyuwangi, Jakarta, Senin (11/3).
Keesokan paginya, Suhardi mengaku langsung menghubungi pimpinan di Polres Metro Jakarta Pusat untuk memanggil Bintara itu. Selanjutnya, Suhardi memberikan hadiah kepada polisi tua, namun tulus membantu masyarakat yang kesusahan.
"Pelayanan spontan yang saya inginkan ini bukan cari kesalahan, tapi untuk dijadikan icon pelayanan," tuturnya.
Sedangkan kepada para polisi yang setengah hati membantu warga, Suhardi langsung mengambil tindakan tegas. Dari beberapa polsek, tercatat sejumlah polisi dicopot dari jabatannya karena dinilai tak tanggap dalam bertugas.
"Yang tidak siap dalam pelayanan dan tidak tanggap kita ganti," katanya.
Pengamat Komunikasi Effendi Gazali dan aktivis HAM Usman Hamid mengapresiasi cara Suhardi memantau kinerja anak buahnya. Bahkan, sambil bercanda Effendi menilai Suhardi sama seperti Gubernur DKI Joko Widodo yang doyan blusukan.
"Selangkah lebih maju dari Jokowi. Jokowi blusukan belum bisa menyamar. Coba malam-malam datang ke kelurahan, ke rumah sakit, kisahnya enggak kalah seru dari kepolisian," kata Effendi sambil tersenyum.
Bisa saja pak Effendi ini, lanjutkan pak. Semoga jadi contoh para pejabat-pejabat lain. Indonesia harus lebih maju.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius mengisahkan, suatu ketika dia sengaja berpura-pura sebagai warga biasa yang menjadi korban kejahatan. Lantas, mantan Wakapolda Metro itu melapor ke Polsek Menteng. Tapi apa yang dialami, Suhardi malah dipingpong oleh petugas di sana.
"Saya nyamar di Polsek Menteng. Intern kita ya masih gitu pelayanannya, perlakuannya masih seperti itu. Saya lapor malah saya disuruh ke Pospol dan enggak dianterin juga. Bukan diterima dulu, itu realita pelayanan kita. Katanya petugas pokoknya ke sana saja," kata Suhardi yang kala itu masih jadi Wakapolda Metro, dilansir merdeka.
Agar lebih meyakinkan, kala itu Suhardi hanya memakai sandal jepit, celana jeans dan kaus biasa. Hal itu sengaja dilakukan agar bisa diketahui bagaimana para petugas di Polsek memberi pelayanan.
Mendapat perlakuan itu, Suhardi tetap tidak membuka identitasnya. Selanjutnya, dia mengikuti perintah dan melapor ke Pospol. Perlakuan berbeda justru didapat. Di Pospol, Suhardi bertemu polisi senior yang melayani dengan baik.
"Apa yang saya dapatkan di Pospol? Seorang Bintara sudah tua, tapi pelayanannya baik," kenang Suhardi saat peluncuran buku 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan Ke Bawahan' di Rumah Makan Ayam Banyuwangi, Jakarta, Senin (11/3).
Keesokan paginya, Suhardi mengaku langsung menghubungi pimpinan di Polres Metro Jakarta Pusat untuk memanggil Bintara itu. Selanjutnya, Suhardi memberikan hadiah kepada polisi tua, namun tulus membantu masyarakat yang kesusahan.
"Pelayanan spontan yang saya inginkan ini bukan cari kesalahan, tapi untuk dijadikan icon pelayanan," tuturnya.
Sedangkan kepada para polisi yang setengah hati membantu warga, Suhardi langsung mengambil tindakan tegas. Dari beberapa polsek, tercatat sejumlah polisi dicopot dari jabatannya karena dinilai tak tanggap dalam bertugas.
"Yang tidak siap dalam pelayanan dan tidak tanggap kita ganti," katanya.
Pengamat Komunikasi Effendi Gazali dan aktivis HAM Usman Hamid mengapresiasi cara Suhardi memantau kinerja anak buahnya. Bahkan, sambil bercanda Effendi menilai Suhardi sama seperti Gubernur DKI Joko Widodo yang doyan blusukan.
"Selangkah lebih maju dari Jokowi. Jokowi blusukan belum bisa menyamar. Coba malam-malam datang ke kelurahan, ke rumah sakit, kisahnya enggak kalah seru dari kepolisian," kata Effendi sambil tersenyum.
Bisa saja pak Effendi ini, lanjutkan pak. Semoga jadi contoh para pejabat-pejabat lain. Indonesia harus lebih maju.
0 Response to "Kisah Irjen Suhardi yang Menyamar Gunakan Sendal Jepit, Namun ?????"
Posting Komentar